Kamis, 26 Juni 2008

Syukur

Benarkah kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan kebutuhan?
Sering kita berpikir bahwa yang kita terima saat ini masih kurang
Pendapatan yang kita miliki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
jadi kita harus mencari pendapatan lagi

tapi....
seiring waktu kenapa juga kebutuhan semakin bertambah
pendapatan yang aku miliki tidak cukup
aku harus mencari sumber pendapatan lagi
kejadian ini akan terus berulang, berulang dan berulang

lalu....
sampai dimanakah titik kepuasan itu...
apa benar manusia memang tidak pernah puas....
setiap hari setiap saat menuntut sesuatu yang lebih
aku masih kurang
aku harus mencari lagi....

setiap hari memikirkan tentang diri sendiri
memikirkan diri yang selalu berkekurangan
lalu kapan aku bisa memikirkan orang lain..
yang mungkin lebih berkekurangan dari aku....
dan pasti itu ada

adakah saat dimana aku bisa memposisikan
bahwa aku mempunyai suatu kelebihan
yang membuat aku bisa bersyukur kepada Allah atas apa yang ada saat ini
yang membuat aku bisa berbagi dengan sesama

ya.... aku harus memulainya sekarang
kalau aku menunggu waktu sampai aku menjadi kaya
kapankah itu?
apakah ukuran kekayaan sebenarnya?

saatnya melihat lagi apa yang kita miliki
apa yang ada pada diri kita
ternyata aku ini "kaya"
saatnya aku untuk bersyukur
saatnya aku untuk berbagi...
mendapatkan perasaan syukur itu....ternyata indah sekali

Let's start to find a new thinking.
Let's learn.
Hopefully we can practice.


Selasa, 24 Juni 2008

Gelap

Sebuah kegelapan akan terlihat gelap jika dilihat dari tempat yang terang.
Maka......
Cobalah untuk masuk ke dalam kegelapan itu
Apa yang terjadi?
Bukan kegelapan atau ketakutan yang kamu dapatkan
Tetapi...
Sebuah kelegaan...
Ternyata jika kita masuk dalam kegelapan itu semuanya terlihat lebih terang
Dan kegelapan itu tidak lagi menakutkan

Begitu juga dengan sebuah permasalahan
Jika kita tidak mencoba menghadapi dan menyelaminya
maka akan terasa sangat berat
tapi jika kita mulai masuk
Maka
InsyaAllah semuanya akan terang :-)

Jumat, 20 Juni 2008

Pembelajaranku

Aku ingin belajar..
belajar lebih banyak lagi
tentang semuany

Aku ingin menjadi yang lebih baik
Everyday has a new things
That can develop me, my self
Hopefully it can be used by the others
and hopefully it's not only theory
it's not only in my mind
but of course i have to practise

Aku hanya seseorang yang tidak tahu apa-apa
that's why i want to learn
I starting to learn
from the beginning

Rabu, 18 Juni 2008

Cinta Kepada Rasul

Cinta kepada Rasul

Semoga dengan membaca kisah berikut ini menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh
saw. Allah huma sholi ala Muhammad wa ala alaihi Muhammad.


Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga
cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup
jauh.

Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk
masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya,
ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia
mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi
selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak
lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari
Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh
tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir
masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan
tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika
ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun
daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan
keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum
kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.
"Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan
kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti
biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada
perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan
itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu
tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat
mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal
saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak
mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad.
Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat
kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi
menjemput saya.
Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat
kepadanya."

Kisah yang diceriterakan oleh seorang Kiai Madura, D. Zawawi Imran, ini bisa membuat bulu
kuduk kita merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja
mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga
menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal
dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran
spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat
bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua
alam selain Rasulullah saw?

Diketik ulang dari buku "Rindu Rosul", karangan Jalaluddin Rakhmat,
Penerbit Rosda Bandung, hal 31-33.
Cetakan pertama September 2001.

Selasa, 17 Juni 2008

Keinginanku

Aku ingin belajar..
aku ingin tahu lebih banyak lagi...
aku ingin mencoba memahami semua
aku ingin menjadi lebih baik lagi

Tapi.....

kenapa mereka malah menjauh
mereka memandangku seperti sebuah aib
tak layak untuk didekati
tak layak untuk diajak berbagi

lalu darimana aku belajar
darimana aku bisa memperbaiki diri
by my self????
answer please....

Senin, 16 Juni 2008

Sebening Kaca

Sebening Kaca

"Puspa Thea, dimana dikau Mba'?, kenapa tak ada khabar beritanya?". Nisa bertanya-tanya dalam hati seraya mencermati surat-surat sahabatnya. Sudah hampir tiga bulan ini Mba' Pupu tak pernah lagi mengiriminya e-mail. Perlahan dibacanya
surat terakhir wanita lembut itu sebagai pelepas rindu.

Date:
Sat, 13 Oct 2001

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pa khabar Sa? Mba' kangen banget dech. Semoga Allah yang Maha Penyayang selalu melimpahkan kasih sayang-Nya buat Nisa.

Sa.. pedih.. perih.. sakit.. rasanya kalau Mba' baca berita tentang saudara-saudara kita di Afghan, rasanya Mba' ingin sekali berbuat sesuatu untuk mereka, tapi..
Mba' cuma bisa berdo'a agar Allah yang Maha Kuasa menolong saudara-saudara kita itu.

Usaha lain yang bisa Mba' lakukan sekarang mempersiapkan putra-putri Mba' jadi hamba Allah yang di hati mereka nggak ada cinta kecuali cinta pada Allah, do'akan Mba' yach.., biar Mba' bisa jadi ibu yang baik, dan Allah berkenan menitipkan anak-anak yang kelak jadi mujahid / mujahidah.

Sa sehat, kan?. Salam sayang Mba' selalu buat Nisa Semoga rasa saling menyayangi ini mengantarkan kita jadi hamba yang dicintai Allah, amin.

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.
Mba'mu.. yang selalu kangen padamu, kapan yach Allah mempertemukan kita?..

Nisa menatap lekat e-mail tersebut, terbayang dalam benaknya hanya menjawab singkat surat itu. Ia bermaksud hendak mereplay kembali, namun tiba-tiba Ayu datang menjemputnya. Mereka janjian ke rumah Cathy pagi ini.

*****

"Ayah.. Ibu.. jangan bertengkar dooong! aku jadi pusiiing..." Teriak Cathy berusaha menghentikan pertikaian orangtuanya, namun mereka tak juga mau berhenti. Pertengkaran itu terjadi karena Ibunya tidak memperkenankannya berjilbab.

"Kamu masih muda nak.., belum pantas mengenakan jilbab!, rambut bagus kok ditutupi, mana ada pemuda zaman sekarang melirik wanita yang hanya kelihatan wajah dan tangannya? kalau Cathy nggak laku bagaimana? mau jadi perawan tua?!. Wanita berjilbab itu harus baik prilakunya, eh..Cathy tingkahnya masih begini begitu.. jangan kasi malu Ibu..!"

Cathy tidak terima disuruh melepas jilbabnya, namun Ibunya terus mendesak, buntut-buntutnya ia berkata, "Ibu jahat...," Ayah datang membela, "Biarlah Bu.., seharusnya kita bangga punya anak yang mau menutupi auratnya.."

Ibu merasa terpojok dan balik memarahi Ayah, maka terjadilah pertengkaran itu. Hal ini berulangkali terjadi sejak Cathy mengenakan pakaian yang disyariatkan Allah.

"Kita ngobrol di luar aja yuk?..," Cathy mengajak Ayu dan Nisa ke halaman rumahnya yang luas, mirip taman bermain kanak-kanak.
Sejenak wajah manis itu terdiam, ia tampak jauh lebih cantik dengan gaun muslimahnya.

"Kenapa Allah memberikan Ibu seperti itu pada Cathy ya? yang Beliau fikirkan hanyalah dunia, beda jauh dengan Ayah, yang selalu berorientasi ke akhirat. Seandainya Ibuku seperti Ibumu Nisa.. Ayu.. alangkah bahagianya aku!. Cathy jadi menyesal punya Ibu.."

Sebelum sempat menghabiskan kalimatnya, Ayu buru-buru menceramahinya, "Jangan begitu, Cathy.. walau bagaimanapun ia adalah Ibu yang mengandung dan membesarkanmu.."

Cathy membela diri, "Siapa suruh mengandung dan membesarkanku? kenapa nggak dibiarkan mati aja sekalian?.., Beliau lebih senang anaknya diazab Allah daripada selamat. Apakah Itu Ibu namanya?!."

Nisa berusaha melerai kedua sahabatnya. "Daripada bertengkar, kita pergi aja yuk?, belanja, baca buku." Setelah pamit pada orangtua Cathy, merekapun pergi.

*****

Di toko buku, mereka bertiga tampak asyik memilih bacaan kesukaan masing-masing.
Nisa dan Ayu ke rak buku Islami, dan Cathy ke rak majalah. Setelah agak lama terbuai dalam lautan pena, Cathy mendekati Nisa, ia geleng-geleng kepala melihat buku yang dibaca sahabatnya, Tafsir Qur'an, wuih.. mengerikan, baginya jangankan membaca, membayangkan isinya saja sudah membuatnya pusing.

Sejenak mata bundar itu terpendar pada sebuah buku, "Derita Nanda, Apa Salahku Hingga Ibu Tega Membunuhku?!" Hatinya berdebar membaca judulnya, secepat kilat jemari kecil itu menangkap, ingin tahu isinya. Setelah beberapa saat, buru-buru ia menutupnya kembali. Jantung Cathy berdetak lebih cepat, ia mengurut dada, "Astaghfirullaah.." Buku itu berisi kekejaman seorang Ibu yang tega membunuh anaknya sendiri karena takut miskin, sejenak ia ingat Ibunya,
"Makasih Ya Allah, Engkau memberiku Ibu yang jauh lebih baik," bathinnya. Tiba-tiba Nisa dan Ayu mengagetkan dari belakang.

Sampai di sini, mereka berpisah, Ayu ada acara keluarga. Sementara Cathy ikut Nisa ke supermarket. Gadis manis itu tampak bingung hendak membeli apa, karena semua kebutuhan sudah dibeli Ibu. Iseng diambilnya saja makanan kecil, coklat, kacang, kue-kue. Tanpa sengaja ia melihat isi keranjang belanjaan Nisa, susu tanpa lemak, gula rendah kalori, buah-buahan, ia terheran-heran.

"Kurus-kurus kok diet sich Nisa?, nggak takut kekurangan gizi?!," Nisa tersenyum. "Susu dan gula ini untuk Ibu, Beliau dapat gejala kencing manis". Cathy terbelalak, "Untuk Ibu?, Beliaukan bisa beli sendiri?!." Pertanyaannya tak digubris Nisa, iapun tak memerlukan jawaban. Sesaat ingatan Cathy melayang pada buku yang dibacanya barusan, sejenak ia termenung, mulai mengingat-ingat kesukaan Ibunya. Minuman serat yang kerap dipromosikan TV diambilnya.

*****
Ada seribu satu macam rasa yang sulit diungkap Cathy saat berada di rumah Nisa. Rumah itu tidak semewah rumahnya, malah cenderung sederhana, tapi.. mengapa hatinya begitu tenang? tidak ada sesuatupun yang istimewa, tetapi.. mengapa begitu menyenangkan?, apakah karena ada seorang wanita teduh yang layak di sebut ibu?.

"Malam ini aku bobok sini ya?," kata Cathy memelas. "Boleh.. tapi harus ijin orangtua dulu..", ucap Nisa seraya tersenyum padanya. Wajah manis itu terlihat
bahagia sekali mendengar jawaban Nisa. "Bentar ya.. Cathy.." Nisa berlalu meninggalkannya sendiri.

Di kamar sohibnya yang kecil, kembali ia merasakan sesuatu yang sulit diungkap, Cathy menatap lekat ke sekeliling ruangan. Ada seperangkat pakaian shalat, tasbih, Al Qur'an, tergeletak rapi di atas tikar permadani. Meja kerja dan deretan buku-buku Islami. Sementara dinding putih itu dibiarkan kosong, hanya dihias kaligragi Allah dan Muhammad.

Perlahan ia merebahkan diri, capek seharian berjalan. Ketika hendak mengambil bantal, ia melihat secarik kertas terlipat rapi, rasa ingin tahu mengalahkan segalanya, cepat dibukanya lipatan kertas itu, ternyata e-mail dari seorang wanita. Isi surat itu biasa-biasa saja, namun.. ketika ia sampai pada baris ke limabelas.


Dulu.. aku sempat berprasangka buruk pada Allah, Nisa... Aku merasa Allah nggak sayang padaku, aku merasa Allah nggak pernah memberiku kebahagiaan dalam hidup. Sejak umur 5 tahun, kedua orangtuaku bercerai.. kami 4
bersaudara terpencar, ada yang diambil orang lain. Aku dan adikku yang bungsu (perempuan) tinggal dengan ayah dan ibu tiri, sedang adik yang nomor 2 ikut ibu kandung. Aku tinggal dan dididik Ibu tiri yang subhanallah.. baik dan sayang sekali padaku. (Beliau sekarang sudah almarhum)

Ayah nggak kerja lagi, untuk biaya hidup sehari-hari, ibu tiriku berjualan sayur mayur gendongan. Aku tak ingin membebani mereka, sehingga kuputuskan untuk tinggal dengan ibu kandungku, Beliaulah yang membiayai
aku sekolah.
SMA kelas tiga, tahun 1987, aku dan 2 adik perempuanku diusir dari rumah (waktu itu aku baru pulang dari bimbingan belajar kira-kira jam 19.30), buku-buku pelajaranku habis disobek-sobek ibu, bahkan pada saat itu Beliau marah sambil mengacung-acungkan sebilah kapak mengancam kami.

"Keluar kamu anak-anak!, kalau tidak.. ibu bunuh kamu satu-satu!,"

Malam itu juga aku dan adik-adikku menginap di rumah tetangga depan rumah. Aku bingung saat itu, Sa.. kemana aku dan adik-adik harus pergi? kalau ke rumah ayah.. pasti kami akan jadi beban mereka. Ku coba tinggal di rumah Om (adik Ibu kandung), tapi.. istrinya keberatan kami tinggal di rumahnya dengan alasan ekonomi, padahal saat itu aku sudah bilang bahwa hanya butuh tempat berteduh pada saat malam saja, sedangkan masalah makan, kami akan berusaha cari sendiri, tapi istrinya tetap tak peduli.

Akhirnya aku ke rumah tetangga yang tidak jauh dari rumah Omku, Beliau mau menerima kami, sebagai imbalan aku bekerja untuk mereka, dari mulai ngurus rumah sampai mengurus anaknya, pokoknya sebelum mereka bangun, aku sudah masak dan nyuci. Aku diberi upah tiap hari Rp. 3000,- untuk ongkos sekolah, makan dikasi oleh yang punya rumah. Yang terfikir di benakku cuma satu, aku harus sekolah terus bagaimanapun caranya, asal aku tetap di jalan yang Allah
perbolehkan.

Alhamdulillah Sa.., aku diterima di D III-FMIPA UI jurusan matematika (beasiswa dengan ikatan dinas dari Depdikbud). Waktu aku baca pengumuman UMPTN di Kompas dan tahu diterima di UI, aku coba hubungi Ibu untuk minta bantuan Beliau mengenai biaya buku, kost, dan makanku, tetapi.. sampai di rumahnya, pintu pagar itu tak pernah dibukanya. Beliau hanya mengintip dari celah gorden, dan menyuruh pembantunya menyerahkan secarik kertas,

Segeralah menjauh dari pintu gerbang rumah ini, anak-anak!, aku tidak mau kalian kunjungi! Kami kapok??? nggak Nisa.. aku dan adik perempuanku tetap sering nengokin Ibu meskipun akhirnya kami Cuma bisa berdiri saja di depan pintu gerbang sambil kehujanan dan kepanasan.

Dalam hati, aku suka menyalahkan Allah, kenapa Dia memberikan kami ibu seperti ini? kenapa Dia membiarkan keluarga kami berantakan seperti itu? yach.. pokoknya segala ketidakpuasan kutumpahkan pada-Nya. Kesulitan hidup terus berlanjut selama aku kuliah, tapi aku yakin, selama aku tidak melanggar larangan-Nya, Allah pasti membantuku.

Alhamdulillah, aku selesai kuliah tepat waktu dan langsung diangkat jadi pegawai negeri di lingkungan SMAN 39 Jakarta. Tahun 1994 aku menikah, dan masya Allah Sa.. penderitaanku ternyata tak sampai di sini..

Mertuaku termasuk orang yang meterialistik, setiap sesuatu selalu diukur dengan uang, tuntutannya agar aku dan suami yang menanggung semua kebutuhan rumah tangganya. Masya Allah Sa.. ibunya minta kami membiayai adik-adiknya sekolah, sementara gajiku saat itu baru Rp. 114.900,- dan suamiku Rp. 85.000,-/bulan dengan uang makan Rp. 2.500,-/hari kerja, tapi.. aku bilang pada suami bahwa aku nggak keberatan, kita berikan apa yang masih bisa kita berikan. Bagiku yang terpenting, suamiku punya tanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya.

Ibu dan ayah mertuaku masih belum puas juga.. sampai-sampai Beliau seperti penjajah dalam bahtera kami. Beliau ingin mengatur segalanya, bahkan anak-anak diajarinya berkata-kata kasar pada orangtua, diajarinya berpola hidup konsumtif, tapi alhamdulillah.. dengan pendekatan ke anak-anak, aku
coba mengarahkan mereka pada kehidupan yang Allah suka, sederhana, nggak berlebihan, membeli sesuatu kalau emang sangat dibutuhkan.

Lama-kelamaan sikap mertuaku sangat menganggu fikiranku, Sa.. omongannya ke setiap tetangga yang ditemuinya bikin telingaku panas, aku nggak betah lagi tinggal serumah dengan mereka. Beliau selalu bercerita ke tetangga bahwa ibuku bekas pelacur, dan akupun kalau tidak dinikahi anaknya, sudah jadi pelacur seperti ibuku.. masya Allah.. aku bisa tahan kalau cuma aku yang mereka hina dan caci maki, tapi kalau mereka menghina ibuku, aku nggak rela! meskipun ibuku kasar sama aku.

Akhirnya, aku kompromi sama suami untuk pindah saja. Ternyata... suamikupun sudah lama ingin mengajakku pindah, tapi.. karena dulu aku yang menyarankan tinggal di situ (dengan pertimbangan daripada uangnya untuk bayar kontrakan, lebih baik untuk adiknya sekolah).

Kami pindahpun ekspansi mereka nggak berhenti, Sa.. yach.. pokoknya hal itu berlangsung terus sampai akhirnya Allah menghendaki sesuatu perubahan pada kami. Aku diberinya kesempatan kuliah lagi, aku kenal milis Islam ini, dan aku sadar ternyata Allah sayang padaku, Sa.. diberikan-Nya aku ladang amal yang sangat banyak, dengan hadirnya ibuku dan mertuaku yang sikapnya masya Allah dalam hidupku. Aku merasa malu Sa.. selama ini aku selalu berburuk sangka pada-Nya, apalagi kalau aku baca terjemahan surat Ar Rahman, masya Allah Sa.. aku bener-bener malu.. yach, nikmat mana lagi yang mau aku dustakan?..

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam sayang selalu
Puspa Thea

Sehabis membaca surat itu, ada getar kerinduan di hati Cathy pada sosok yang akhir-akhir ini dimusuhinya. Betapa sayangnya Allah telah menganugerahinya seorang ibu yang tak pernah mau membunuhnya, mengusirnya dari rumah, ataupun membiarkannya kehujanan dan kepanasan. Nikmat Allah yang mana lagi yang harus aku dustakan?, desir hatinya.

Sesaat kemudian ia tertegun melihat sosok penuh keibuan di balik lipatan terakhir surat, Subhanallah.. mata itu bening seperti kaca, Qalbunya yang bersih memancarkan cahaya keseluruh wajahnya. Puspa Thea, itukah namanya?

Sayup-sayup Cathy mendengar telapak kaki melangkah, secepat kilat ia merapikan segala sesuatu. "Silahkan di minum Non Cathy.., maaf ya kelamaan, tadi Nisa masak air dulu..," Cathy menyentuh cangkir hangat yang disuguhkan Nisa, Ya Allah.. ibu selalu membuatkan coklat susu untukku, katanya lirih.

"Nisa.. a ku ma u pu lang..," Ucapnya terpatah, Nisa terheran-heran. "Lho.. katanya mau bobok sini?!". Nisa mengiringi kepergian sahabatnya. Ia tak habis fikir kenapa secepat itu Cathy berubah.

*****

Dalam perjalanan menuju tempat kerja, Nisa hampir tak percaya dengan penglihatannya. Ia melihat Cathy begitu mesra dengan Ibunya di pasar tradisional. Jari-jari tangan mungil itu tampak penuh menenteng belanjaan,
sesekali sang ibu berusaha menolongnya, tapi Cathy tidak mau, ia terus mengelak dan tersenyum. Sesampai di kantor ia menelpon Cathy. Gadis itu terdengar ceria sekali, tak sepatah katapun bernada keluh kesah mengenai ibu yang dulu selalu keluar dari mulutnya. Apakah gerangan yang terjadi?

*****
"Masuk, Nisa..", sapa Ibu Cathy ramah setelah menjawab salamnya. Kali ini, suasana rumah itu begitu berbeda dari sebelumnya. Di pekarangan terlihat Ayah Cathy membaca koran dengan asyiknya,

"Langsung ke dalam aja, ya.. Cathy sedang istirahat, kasihan dia.. dari pagi bantuin Tante kerja" Ujar wanita itu dengan senyum merekah, Beliau tampak begitu bahagia. Nisa melangkahkan satu-satu kakinya supaya Cathy tak terusik, sayup-sayup terdengar merdu suara gadis itu,

Ya Allah Tuhanku, anugerahilah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan anugerahi pula aku kemampuan) untuk beramal shaleh yang Engkau ridhai, serta jadikanlah kebajikan bersinambung untukku pada anak keturunanku. sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. Al AhQaaf 46:15)

"Eh, Nisa.. ". Ia tersipu malu, tak berapa lama kemudian mereka larut dalam perbincangan panjang mengenai perubahan yang terjadi. "Sebening kaca.. Nisa, bisakah aku memilikinya?" Nisa terkesima mendengar penuturan sahabatnya, ternyata Cathy telah membanya surat Mba' Puspa Thea, Melati yang berhati sebening kaca. Melalui goresan pena wanita itu, Allah menitipkannya hidayah.

*****
Nisa mencek inboxnya, banyak surat bertebaran di sana, beberapa Melati baru bermunculan menyapanya ramah. Tetapi, mengapa tak ada satupun surat dari Mba' Pupu?. Kerinduan Nisa semakin menyesak dada. Perlahan ia mulai menggerakkan jemari tangannya menekan tut-tuts komputer, menulis sepucuk surat.

Assalaamu'alaikum Warahmatullaah Wabarakaatuh

Bagaimana khabarmu, Mba’? si kecil dan suami tercinta? Nisa do'akan semoga kalian semua sehat, senantiasa dalam lindungan Allah Swt.

Maafkan aku Mba', tanpa sengaja salah satu suratmu terbaca sahabatku. Tapi.. tanpa sengaja pula engkau telah berdakwah, melalui bahasa Qalbumu yang terukir indah di atas pena itu..

Mba'.. Nisa rindu sekali, rindu cerita-ceritamu.. rindu kekayaan bathinmu. kapan ya.. Allah mempertemukan kita?

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaah Wabarakaatuh
Salam manis dan sayang
Adikmu, Nisa.

18 Januari 2002
Ratna Dewi

taken from www.geocities.com

Andai Rasulullah ke Rumah Kita

SEANDAINYA RASULULLAH KE RUMAH KITA

Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita........ Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita,
Apa yang akan kita lakukan ? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita.
Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.
Beliau tentu tetap tersenyum........

Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu.
Beliau tentu tersenyum.......

Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita ? Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Sholawat kepada Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajari anak-anak kita.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Rangers atau Kura-kura Ninja. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang Shalat. Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah SAW.
Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita ?Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berbunyi.
Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV. Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnah. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al Qur'an. Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.
Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.
Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan rumah kita......
Apa yang akan kita lakukan ? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita ? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.

Maafkan kami ya Rasulullah.........
Masihkah beliau tersenyum ?
Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........
Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........


taken from www.geocities.com

Mommy....maafkan Eric...

SEBUAH KISAH IRONIS DI IRLANDIA UTARA

Saya ibu terburuk di dunia ini. Oh Tuhan biarlah aku menceritakan hal ini sebelum ajal menjemput.......

20 tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam memberi ia nama Eric. Semakin berkembang semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak/pelayan, namun suami saya Sam mencegah niat buruk saya.

Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun yang kedua setelah melahirkan Eric, saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil, saya menamakannya Angelica. Saya sangat menyanyangi Angelica demikian juga Sam,
seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian
anak yang indah-indah..... tapi tidak demikian dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya melarangnya dengan dalih menghemat keuangan keluarga dan Sam selalu menuruti perkataan saya.

Di saat Angelica berumur 2 tahun Sam meninggal dunia dan pada saat itu Eric sudah berumur 4 tahun. Keluarga kami semakin miskin disertai hutang yang semakin menumpuk. Saya mengambil sebuah keputusan yang membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya itu beserta Eric yang masih tertidur lelap, di gubuk yang terpaksa kami tinggali.
Setelah saya menjual rumah untuk melunasi hutang-hutang........

Setahun.....2 tahun.........5 tahun..... 10 tahun ...... telah berlalu. sejak kejadian itu ...Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Ia seorang pendeta di gereja St. Maria. 5 tahun lamanya umur pernikahan kami, dan berkatnya sifat2 saya yang semula pemarah, egois dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit. Saya menjadi lebih sabar
dan penyanyang.
Angelica telah berumur 12 tahun dan kami sekolahkan dia di asrama putri perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Hingga suatu malam..........
Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. wajahnya agak tampan, ia tampak pucat sekali..... ia melihat ke arah saya sambil tersenyum ia berkata, "Tante, tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada mommy" Setelah mengatakan itu ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya. "Tunggu... sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya elic tante" Eric......??? Eric....... ya Tuhan kau benar-benar Eric ????? Saya langsung tersentak dan bangun. rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba teirngat kembali kisah ironis yang telah
terjadi dulu kala, seperti pemutaran film lama di kepala saya. Namun baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. Dan saya mengambil keputusan untuk mati saja saat itu, yah saya harus mati, mati, mati..........

Se inchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke urat nadi saya, saat itu saya teringat kembali dengan Eric, yah Eric... Eric mommy akan menjemputmu Eric.......

Sore itu saya memarkirkan mobil Civic biru saya di samping sebuah gubuk dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary apa yang yang sebenarnya terjadi Mary???" "Oh Brad .. kau pasti akan membenci saya setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu kala". Tapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak......... Tapi ternyata Tuhan sungguh berbaik hati pada saya, ia memberikan suami yang begitu baik dan pengertian kepada saya......... Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti Brad dari belakang, mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang 2 meter di hadapan
saya. Dan saya mulai ingat betapa gubuk tersebut pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric.......sa.......saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu............
dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka
pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap........ Tidak terlihat apapun juga!!
Perlahan-lahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan
kecil itu, dan saya tidak melihat siapapun di dalamnya......... Hanya sepotong kain butut di atas tanah. Saya mengambilnya dan mengamatinya... air mata saya kembali mengalir, karena saya mengenali potongan kain itu adalah baju butut yang dulu dikenakan Eric
sehari-harinya...........

Beberapa saat kemudian dengan perasaan yang sulit dilukiskan saya pun keluar dari ruangan itu..... air mata saya mengalir dengan deras dan saat itu saya hanya diam saja. Saat saya dan Brad mulai naik ke mobil, meninggalkan tempat tersebut, saya melihat seseorang di belakang mobil kami dan saya sempat kaget karena keadaan saat itu sudah gelap, dan terlihat wajah orang itu begitu kotor, ternyata seorang wanita tua..... kembali saya
tersentak kaget ketika ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.... "Hei!! siapa kamu, dan mau apa kamu kemari!" Dengan memberanikan diri sayapun bertanya, "Bibi apa kamu kenal dengan seorang anak bernama Eric, ia dulu tinggal di sini!" Ia ,"kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk." "Tahukah kamu 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini. Ia terus menunggu dan memanggil mommy...... mommy, karena tidak tega saya terkadang memberinya makanan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Meskipun saya orang miskin dan pekerjaan saya mengumpulkan sampah namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu. Sampai tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini, ia belajar menulis setiap harinya selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu ..................."

Sayapun membaca kertas itu..."Mommy mengapa mommy tidak pernah kembali lagi..... mommy marah sama eric yah... mom biarlah eric yang pergi saja, tapi mommy harus berjanji kalau mommy tidak akan marah sama eric lagi. Bye Mom..."
Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan di mana dia sekarang??? Saya akan sangat menyanyanginya sekarang. saya tidak akan meninggalkannya lagi bu... tolong katakan!! Brad memeluk saya yang bergetar keras..."

"Nyonya semua sudah terlambat, (dengan nada melembut), sehari sebelum nyonya datang
eric telah meninggal dunia. ia meninggal di belakang gubuk ini". "Tubuhnya sangat kurus , ia sangat lemah. hanya demi menunggumu ia terus bertahan di belakang gubuk ini,
tanpa berani masuk ke dalam gubuk ini. Ia takut apabila mommy-nya datang akan pergi lagi bila melihat ia disana ... Ia hanya berharap dapat melihat mommy-nya dari belakang gubuk
ini...... meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu nyonya di sana". "Nyonya dosa anda tidak terampunkan!"

Saya langsung pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi...!!

taken from www.geocities.com

Maafkan Ibu Telah Membentakmu Tadi Siang

Cerita dibawah ini mengingatkan pada diriku sendiri bahwa akupun sering berbuat seperti si ibu (salah satu tokoh dalam cerita), kepada orang lain aku menunjukkan suatu kesopanan yang bisa dibilang cukup bagus... tapi aku mengingat lagi sikapku kepada orang-orang terdekatku, orang yang kusayang, ternyata menyedihkan sekali... harusny aku bisa bersikap lebih manis kepada mereka... I LOVE YOU all MY LOVELY FAMILY

Maafkan Ibu Telah Membentakmu Tadi siang.

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia
lewat. "Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya. Ia
berkata, "Maafkan saya juga. Saya tidak melihat Anda."

Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat
sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat
tinggal.

Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat
bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita
kasihi, tua dan muda.

Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan
malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping
saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya
membuatnya jatuh. "Minggir," kata saya dengan marah.

Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari
betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.

Ketika saya berbaring di tempat tidur, kata nurani
seakan berbicara padaku, "Sewaktu kamu berurusan
dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan
kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi,
sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang.
Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan
beberapa kuntum bunga dekat pintu."
"Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh
anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri
tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang
akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat
matanya yang basah saat itu."

Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku
mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku
dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Bangun, nak,
bangun," kataku. "Apakah bunga-bunga ini engkau
petik untukku?" Ia tersenyum, " Aku menemukannya
jatuh dari pohon. "

"Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik
seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama
yang berwarna biru."

Aku berkata, "Anakku, Ibu sangat menyesal karena
telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu
seperti tadi."
Si kecilku berkata, "Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku
tetap mencintaimu."

Aku pun membalas, "Anakku, aku mencintaimu juga, dan
aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang
biru."

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok,
perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja
dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam
hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan
akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.

Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam
kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri,
suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan?

Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di
atas? Apakah anda tahu
apa arti kata KELUARGA? Dalam bahasa Inggris,
KELUARGA = FAMILY.

FAMILY = (F)ATHER (A)ND (M)OTHER, (I), (L)OVE,(Y)OU

Jangan biarkan kasih sayang kita terhadap suami/istri,
juga anak-anak kita terkikis...tumbuhkanlah dan
semakin perbanyaklah waktu untuk keluarga kita

I take this story from www.geocities.com

AKU

Aku…….
Berpikir sejenak tentang diriku
Apa yang telah ku perbuat yang terbaik buat diriku
Apa yang telah diperbuat diriku yang terbaik buat Dia

Keegoisan diriku yang kadang menuntut Dia yang terbaik
Muncul keraguan ke diriku sendiri ke Dia
Negative thinking ke Dia
Ketakutan dengan keputusanku

Hidup di jalan yang save memang menjadi faktor pertimbangan
Pertimbangannya adalah positive thinking
Positive melihat Dia
Positive kata-kata Dia

Kepositifan bisa membuat Dia lebih baik
Kenegatifan bisa membuat Dia tidak dipercaya

DIA


Dia selalu tersenyum
meski semarah apapun aku
segalak apapun aku
sepahit apapun kata yang aku lontarkan
wait.........
dia pernah marah juga
tapi itu tidak lama

Kadang aku bertanya pada diriku sendiri
kekuatan apa yang bisa membuat dia seperti itu
akankan rasa pengertian dia itu untuk saat ini dan juga nanti?
means forever???
berapa lamakah kelembutan hatinya akan bertahan
apakah mungkin nanti akan tergerus oleh waktu?

Dia bukan nabi
dia bukan malaikat
dia pasti punya suatu titik batas kesabaran
terkadang aku takut
aku takut jika itu hanya sebuah topeng
aku takut jika itu bukan berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam

Ada pepatah
"dalamnya lautan masih bisa diukur, tapi dalamnya hati manusia....."
aku hanya bisa berdoa dan percaya atas kehendak-NYA.
aku percaya bahwa dia yang terbaik menurut-NYA
aku percaya dia adalah pilihan-NYA untukku

Terima kasih

Kerendahan Hati

Puisi ini mengingatkan diri kita bahwa kita bisa berguna dalam banyak hal, tidak harus melakukan sesuatu yang besar, hal kecilpun akan sangat berarti bila dilakukan dalam konteks yang positif. Puisi ini sekaligus juga bisa menjadi spirit bagi kita, menunjukkan bahwa kita bisa berguna asal kita mau berusaha. Let's get the point.

Taufik Ismail : Kerendahan Hati


Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya....
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu....
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Diambil dari : http://www.puisi-indonesia.org

Minggu, 15 Juni 2008

Maaf

Hari ini ada satu kejadian yang mengingatkan pada diriku sendiri bahwa kadang untuk memberi maaf kepada orang lain itu adalah hal yang sangat berat bagiku. Seringkali pada saat orang lain meminta maaf, aku akan bilang "ok, aku maafkan". Tapi kenyataannya kata maaf itu tidak diikuti dengan hati.... dalam artian sikapku ke orang tersebut masih mengandung rasa marah. Hmmmm memang gak mudah... sebenarny gmn sih tentang maaf itu sendiri, iseng-iseng aku browsing akhirnya aku menemukan artikel ini, bagus banget, at least aku bisa belajar, remind me my self, hopefully i can pratice....

Artikel ini aku dapatkan dari situsnya Harun Yahya (http://harunyahya.com). Kebanyakan orang pasti sudah mengenal beliau (mendengar nama maksudnya). Harun Yahya merupakan nama pena dari Adnan Oktar. Beliau dilahirkan di Ankara pada tahun 1956. Sebagai seorang da'i dan ilmuwan terkemuka asal Turki, beliau sangat menjunjung tinggi nilai akhlaq dan mengabdikan hidupnya untuk mendakwahkan ajaran agama kepada masyarakat. Adnan Oktar memulai perjuangan intelektualnya pada tahun 1979, yakni ketika menuntut ilmu di Akademi Seni, Universitas Mimar Sinan. Nama pena Harun Yahya berasal dari dua nama Nabi: "Harun" (Aaron) dan "Yahya" (John) untuk mengenang perjuangan dua orang Nabi tersebut melawan kekufuran.

Nah, artikel di bawah ini merupakan salah satu artikel Beliau, bagus banget untuk dipahami. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua.


Sikap Memaafkan dan
Manfaatnya bagi Kesehatan
HARUN YAHYA



Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang

Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.